Rabu, 26 Oktober 2016

Cara Memilih Teleskop Bintang Bagi Pemula

memilih teleskop yang tepat bagi pemula

Memilih teleskop itu sepertinya membingungkan ya? Apalagi harga teleskop yang lumayan mahal, dengan dana terbatas, pasti jadi bingung. Berikut ini saya coba memberi sedikit tip, kalau memang berminat untuk memiliki teleskop sendiri.
Pertama, bicara tentang teleskop, kita pasti sering mendengar atau secara spontan kepikir, teleskop ini bisa memperbesar sampai berapa kali? Bisa sampai jutaan kali? Wow .. kalau memang demikian adanya, astronom gak punya kerjaan, karena gak usah susah-susah untuk setiap malam mengamati, cukup dengan mengintip teleskop, semua bisa melihat permukaan Mars seperti melihat halaman tetangga. Ini merupakan kesalah-kaprah-an yang memang dialami oleh banyak orang.
Jadi sekarang harus diluruskan, fungsi teleskop itu apa? Untuk melihat benda yang jauh? Untuk memperbesar citra dari obyek yang jauh, mmm, fungsi teleskop adalah untuk: Mengumpulkan cahaya!! Seperti juga fungsi mata kita, mata kita hanya bisa ‘melihat‘ jika ada cukup cahaya yang datang dari obyek yang kita amati sampai ke mata kita. Jadi fungsi teleskop adalah sebagai alat bantu mata untuk mengumpulkan cahaya lebih banyak dari mata kita bisa lakukan, sehingga informasi yang sangat-sangat redup (misalnya karena jauhnya) bisa teramati.
Dengan demikian, apa yang menjadi penting dalam memilih teleskop? Yang pertama harus dilihat adalah: Apertur, bukaan, atau diameter teleskop. Ibarat ember itu teleskop untuk menampung hujan (cahaya), makin besar diameter, makin mudah air hujan tertampung. Dengan demikian, penting untuk diingat, bahwa bukan diameter yang terpenting, tapi luas permukaan ember yang menentukan. Sebagai contoh, jika ember mempunyai diameter sebesar 20 cm (standard teleskop tipe Schmitdh-Cassegrain, jenis dan ukuran teleskop yang paling populer), akan mempunyai kemampuan mengumpulkan cahaya empat kali daripada yang 10 cm, karena luas lingkaran adalah berbanding kuadrat.
Jadi makin besar makin baik? Tidak juga, semua ada batasnya, pergolakan udara di atmosfer menjadi kendala pengamatan; pengamatan menggunakan teleskop terbaik di seluruh muka bumi ini mempunyai batas resolusi antara 0,5-2 detik busur, bergantung pada lokasi; dengan resolusi 0,5 detik busur diperoleh menggunakan teleskop dengan diameter 30cm, sedangkan semakin besar, tidak bisa memberikan resolusi yang lebih baik, kecuali mengumpulkan lebih banyak lagi cahaya. Jadi, kita sudah bisa memperkirakan dengan dana yang kita punya, berapa diameter yang kita inginkan.
Tapi apertur bukanlah alasan tunggal, seperti yang sudah diungkapkan di atas, fator resolusi itu penting, resolusi adalah seberapa baik teleskop memisahkan dua obyek yang berdekatan (contoh: bintang ganda). Mempertimbangkan ‘dimana’ kita mengamat juga harus diingat, karena, seperti di semua tempat di daerah tropis dengan kelembaban tinggi, menyebabkan reduksi yang sangat besar pada resolusi pengamatan, sehingga, diameter 20 cm atau 30 cm bisa jadi memberikan hasil yang ‘sama saja’.
Lalu, itu saja pertimbangannya? Pernah perhatikan bahwa ada teleskop yang ukurannya panjang, pendek? Ada satu faktor yang perlu diperhatikan, yaitu panjang fokus. Panjang fokus adalah panjangnya jarak yang harus ditempuh cahaya dari lensa obyektif (teleskop refraktor) atau cermin utama (reflektor) ke suatu titik dimana cahaya itu difokuskan. Gampangnya, gambarnya fokus itu butuh berapa jauh? Makin jauh panjang fokus, makin besar bayangan pada titik fokus. Gambarannya, seperti LCD proyektor dan layarnya, berapa jauh jaraknya? Pindahkan layarnya menjauh, gambar dari LCD proyektor akan membesar, tapi makin redup.
Jadi, panjang fokus itu penting untuk menentukan pembesaran. Makin panjang fokusnya, makin besar pembesaran yang bisa diperoleh, tentu saja dengan mempertimbangkan adanya pembatasan yang ada, tapi dengan menyertakan lensa okuler untuk pengamatan, berapa besar bisa dihitung. Perbesaran teleskop merupakan hubungan panjang fokus dbagi panjang fokus okuler yang kita pergunakan. Misalnya kita punya teleskop dengan panjang fokus 1000mm, kita mempergunakan okuler seukuran 50mm,maka kita mendapatkan perbesaran sebesar 1000mm/50mm=20x.
Jadi, sepanjang hanya melakukan kegiatan mengamati, kita bisa menentukan berdasarkan spesifikasi yang ada pada teleskop, pengamatan apa saja yang mungkin bisa dilakukan.
Lalu bagaimana jika kita ingin melakukan fotografi? Ada satu istilah yang biasa digunakan oleh penggemar fotografi, yaitu Fokal Rasio. Fokal rasio merupakan perbandingan antara panjang fokus dibagi lebar diameter. Ini lebih penting alih-alih panjang fokus, karena biasanya fotografer astronomi akan mengganti okulernya dengan kamera.
Pengaruh fokal rasio tidak terlalu terasa secara visual, tapi sangat menentukan secara fotografi, karena menentukan seberapa cepat gambar diambil menggunakan teleskop. Jika fokal rasio yang lebih kecil dikatakan cepat, sedangkan fokal rasio yang lebih besar dikatakan sebagai lambat. Sebagai contoh f/5.6 lebih cepat dari f/10, yang memberikan efek yang berbeda secara fotografi.
Baiklah, kita sudah membahas aspek-aspek yang teoritis dalam memilih teleskop, sekarang kita memilih hal-hal yang lebih nyata. Yaitu, memilih teleskop itu sendiri:
Seperti yang telah dibahas, ada tiga jenis rancang-bangun teleskop, reflektor, refraktor dan katadioptrik.
Jadi saya langsung membuat review sederhana:
Refraktor. Jika anda seorang pemula yang hanya sekedar ingin melihat-lihat, bisa melihat langit atau alam, refraktor adalah pilihan yang baik. Cukup memilih refraktor dengan tipe obyektif yang akromatik. Tapi jika anda ingin mendapatkan citra langit yang baik baik, baik secara visual maupun fotografi, pikirkan refraktor apokromatik yang tentu saja lebih mahal.
Teleskop Refraktor


Reflektor. Teleskop Newtonian adalah yang terbaik untuk pemula, dengan syarat tidak melakukan fotografi, tapi paling tidak teleskop ini lebih irit biaya.
Teleskop Reflektor

Katadioptrik. Dari pengamatan benda jauh, pengamatan planet, sampai pencitraan, yang berarti bisa digunakan pada hampir semua kegiatan pengamatan; pilihan terbaik jatuh pada Schmidt-Cassegrain. Tentu saja dengan harga yang, lumayan.
Teleskop Katadiotrik

Itu adalah pilihan jenis-jenis teleskop, lalu bagaimana dudukannya?
Dudukan teleskop bisa jenis Altazimuth, atau Equatorial, tergantung pada tingkat keseriusan pengamatan.
Jadi rekomendasi saya:
1. Pengamatan Siang/Malam
Teleskop: Semua, Diameter: 70mm-150mm, Panjang Fokus: Terserah, yang gampang dibawa saja. Refraktor bagus untuk medan lebar, Cassegrain untuk medan sempit/planet.
Dudukan: Altazimuth.
Altazimuth Mount

2.Pengamatan Bintang/Langit Malam
Teleskop: Newtonian/Schmidt-Cassegrain, Diameter: 150mm atau lebih.
Dudukan: Altazimuth; Equatorial (jika ingin fotografi)
Equatorial Mount


3. AstrofotografiTeleskop: Refraktor (Apokromatik)/Schmidt-Cassegrain
Dudukan: Equatorial
4. Pertimbangan keuangan
Ini perhitungan kasar saja.
  • Dibawah 5jt Rupiah, 150mm-200mm Dobsonian untuk melihat bintang, 100mm Refraktor bisa untuk langit/alam.
  • Sampai 15jt Rupiah Schmidt-Cassegrain 200mm yang dilengkapi komputer, 250-300mm Dobsonian, atau Newtonian, Refraktor yang sudah dilengkapi komputer.
Harga menentukan pilihan, memang, sebuah ironi. Tapi untuk mendapatkan yang terbaik bukanlah berdasarkan harga atau keuangan, tapi pintar-pintar kita memilih dan merencanakan. Selamat berburu langit malam dengan teleskop.
Sekian dari saya...
arigatou nee... ^_^

CARA MEMOTRET GALAKSI BIMA SAKTI UNTUK ANDA YANG HANYA MEMILIKI LENSA KIT

Moshi-Moshi ^_^


Pernahkah Anda traveling atau berkunjung ke sebuah tempat yang jauh dari kota, kemudian melihat langit pada malam hari dan kemudian melihat banyak bintang yang disertai kabut putih tipis? Itulah milky way atau sebutan dalam bahasa kita adalah Bima Sakti. Secara ilmu astronomi, planet kita berada di dalam Galaksi Bima Sakti, sekitar 2/3 dari panjang jari-jari galaksi bima sakti.

Anda pasti sudah beberapa kali melihat foto-foto dengan latar belakang gugusan bintang yang terlihat terang pada malam hari. Itu adalah foto asli yang didapatkan dengan menggunakan kamera dan sedikit olah digital untuk membuat gugusan bintang tersebut lebih terang di dalam foto. Bila Anda memiliki kamera dengan perngaturan manual, Anda bisa menggunakannya untuk memotret milky way.

Hasil gambar untuk milky way
Lantas apa hubungannya antara milky way dengan masa lalu? Milky way adalah gugusan bintang yang berada sangat jauh dari Planet kita, satuan yang digunakan untuk mengukur jarak tersebut bukanlah kilometer atau mil, namun tahun cahaya. Cahaya memiliki kecepatan pada ruang hampa 299.792 kilometer/detik. Jadi definisi satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya selama satu tahun. Jarak gugusan bintang tersebut mencapai tahunan hingga jutaan tahun cahaya, bahkan lebih.

Jadi cahaya dari bintang tersebut baru mencapai Bumi setelah menempuh waktu sekitan tahun cahaya. Kita tidak tahu apakah bintang tersebut masih bersinar terang atau sudah kehilangan sinarnya. Dengan kata lain, ketika kita memotret milky way berarti kita menyaksikan jutaan ‘masa lalu’ yang baru sampai di Bumi. ‘Masa lalu’ yang indah kan ketika kita menyaksikannya bersama ‘masa depan’ kita ketika sedang bermalam di gunung?
Dengan teknologi kamera yang sudah semakin peka terhadap kondisi rendah cahaya, maka kita bisa dengan mudah untuk menangkap bintang-bintang tersebut ke dalam frame foto kita. Anda harus memperhatikan teknik yang digunakan untuk bisa mendapatkan foto milky way yang menarik.

1. Perhatikan Waktu


  • Syarat utama untuk mampu melihat dan memotret milky way adalah saat malam hari. Anda tidak akan bisa mengambil foto milky way saat siang hari, karena cahaya matahari jauh lebih kuat.
  • Syarat kedua adalah ketiadaan bulan, sinar bulan, terutama saat Purnama akan membuat milkyway akan sangat sulit untuk terlihat. Carilah saat fase bulan mati, sehingga sepanjang malam Anda tidak menjumpai sinar bulan. Saat inilah langit akan bebas dari cahaya bulan, kemudian cahaya milky way dapat Anda saksikan dengan jelas. Anda bisa menggunakan aplikasi kalender bulan yang tersedia untuk smartphone Anda untuk mengetahui kapan bulan mati dan kapan bulan Purnama.
App: Stellarium


  • Syarat ketiga adalah melihat waktu kapan milky way terbit atau milky way mulai muncul. Milky way selalu bergerak dari timur menuju barat dengan arah selatan sebagai porosnya. Menurut hafalan kasar saya, milky way memiliki pola terbit yang berbeda setiap bulannya. Pada bulan awal, semisal januari, februari, maret, april dan sekitarnya, milky way mulai nampak sekitar jam 01.00 hingga 04.00. Sedangkan pada bulan September, oktober, November dan sekitarnya, biasanya milky way mulai muncul sekitar jam 19.00 . Anda bisa menggunakan aplikasi seperti stelarium (freeware) untuk mengetahui waktu terbitnya milky way dari lokasi yang telah ditentukan.
  • Syarat terakhir adalah saat langit cerah, tidak tertutupi awan tebal atau hujan. Maka Anda bisa melihat langit dengan cerah tanpa tutupan awan, serta dihiasi oleh bintang-bintang.

2. Pemilihan Lokasi

Add caption

Syarat pemilihan lokasi adalah pada derah yang bebas polusi cahaya, semisal pantai yang menghadap samudra lepas, gunung yang jauh dari perkotaan, atau desa terpencil yang tidak terkena meriahnya cahaya lampu. Hindari memotret dari perkotaan karena cahaya kota membuat cahaya bintang tidak nampak dengan jelas. Menggunakan beberapa kamera dan lensa tertentu seperti kamera dengan kemampuan ISO tinggi dan lensa bukaan lebar, Anda tetap bisa menangkap milky way walau tidak terlihat sempurna. Idealnya adalah saat Anda berada di tempat yang jauh dari polusi Cahaya.
Pastikan Anda mencari milky way di arah selatan.

3. Alat yang Diperlukan


Idealnya, Anda memerlukan peralatan sebagai berikut :
Kamera, baik DSLR, mirrorless ataupun smartphone. Yang terpenting adalah memiliki pengaturan pengambilan gambar secara manual untuk segitiga exposure. Salah satu Smartphone yang mampu mengambil foto milky way adalah OnePlus One.

Lensa dengan pengaturan fokus manual, karena saat malam hari, terlebih dengan kondisi langit yang gelap total, hampir mustahil sebuah lensa bisa mengambil titik fokus yang tepat. Caranya adalah dengan menggeser ring fokus lensa ke tAnda infinity, atau bila tidak ada tAnda tersebut, maka Anda bisa memutar ring fokus lensa hingga penuh, lalu memutarnya kembali sedikit ke arah yang berlawanan. Jika Anda menggunakan lensa Nikon, putaran fokus ke infinity adalah ke kanan, sedangkan lensa canon ke kiri. Kanan dan kiri ini jika posisi Anda berada di belakang kamer.
Tripod digunakan untuk tetap membuat kamera Anda berada pasa posisi yang stabil dalam waktu yang dibutuhkan. Walaupun Anda bisa menggunakan batu atau benda padat lainnya, namun ketika Anda menggunakan tripod Anda akan mendapatkan fleksibilitas dalam mengatur komposisi foto Anda.
Headlamp diperlukan untuk membuat tangan Anda tetap bebas saat merubah-rubah pengaturan pada kamera.
Secangkir Kopi, Camilan dan Baju hangat. Tentu saja Anda sudah tahu kegunaannya.

4. Pengaturan Kamera

Anda harus memahami segitiga exposure terlebih dahulu. Pemahaman singkat untuk mendapatkan foto milky way adalah bahwa kamera Anda memerlukan waktu yang cukup untuk mendapatkan objek dalam jumlah cahaya yang sedikit namun noise yang masih bisa ditoleransi. Jika kita bahasakan dalam bahasa Fotografi maka menjadi : shutter speed yang panjang, aperture yang lebar, dan ISO yang ideal untuk malam hari.

Pastikan Anda menggunakan Mode M (Mode Milkyway), maksud saya bahwa Mode M adalah Mode Manual.
Ada dua tahap yang perlu Anda lakukan untuk mendapatkan foto milky way yang sesuai dengan keinginan Anda.

a. Tahap Observasi

Pada tahap ini kita memotret kamera dengan tujuan untuk mengatur komposisi foto saja, sehingga kualitas foto tidak perlu kita pertimbangkan. Pengaturan kamera untuk tahap ini adalah sebagai berikut :
  • Mengunakan bukaan terlebar yang bisa dicapai lensa, semisal f/2.0.
  • Memilih kecepatan rana yang singkat, biasanya 5-10 detik.
  • Memaksimalkan kemampuan ISO yang ada di kamera, bila ada fitur boost ISO, maka gunakanlah.
  • Jenis filenya adalah JPG, agar cepat dalam pengolahan dan penyimpanan.
  • Aturlah komposisi dalam foto Anda, seperti mengatur posisi milky way dalam foto, memasukkan pohon di samping Anda sebagai frame, atau juga bisa mengatur posisi narsis Anda. Pada tahap ini Anda akan menentukan posisi kamera di atas tripod untuk mendapatkan komposisi yang menurut Anda menarik.

b. Tahap eksekusi

Tahap ini hanya bisa dilakukan setelah Anda melalui tahap observasi dengan baik, karena baik tidaknya komposisi foto Anda ditentukan pada tahap tersebut. Pastikan tahap eksekusi adalah tahap dimana Anda mendapatkan hasil yang maksimal dan komposisi foto yang menarik. Pengaturan untuk tahap ini adalah sebagai berikut :
  • Menggunakan bukaan terlebar juga, semisal f/2.0
  • Memilih kecepatan rana yang lebih pelan, yaitu 15-30 detik
  • Menggunakan ISO yang sesuai dengan kemampuan kamera Anda dalam mereduksi noise, untuk kamera kelas menengah sekarang biasanya 1600-3200 sudah menunjukkan noise yang lumayan. Pada beberapa kamera kelas atas, ISO 6400 masih cukup jernih untuk dinikmati, bahkan bisa dinaikkan lagi.
  • Jenis filenya adalah RAW, walau lebih besar, namun akan sangat membantu untuk diolah kembali di komputer.
  • Matikan fitur noise reduction, hal ini akan memperlama proses dari kamera Anda.

Pastikan Anda menggunakan timer, cukup 2 detik saja. Bila Anda memiliki shutter release, maka gunakanlah. Cara ini ditujukan untuk meminimalisir goncangan kecil pada kamera Anda.

5. Pengolahan Hasil Foto

Setelah Anda puas memotret milky way, sekarang tinggalah saatnya Anda untuk mengolah hasil foto Anda agar milky way pada foto Anda lebih terang dan lebih terlihat. Pengurangan noise sangat dianjurkan dilakukan pada tahap ini. Anda bisa menggunakan software seperti adobe photoshop atau adobe lightroom untuk mengolah foto milky way tersebut.

Sekian dari saya...
arigatou nee... ^_^

Selasa, 18 Oktober 2016

Mari Membuat Teleskop Bintang Sederhana


Banyak orang berpikir untuk dapat menjadi seorang astronom haruslah memiliki “ilmunya”, bahkan harus memiliki sebuah teleskop sebagai “mata” kedua yang digunakan untuk “berpatroli” langit langit.
but, untuk bisa mendapatkan teleskop di Indonesia masih terbilang cukup sulit nih. Kalau pun ada, harganya yang melambung tinggi dapat membuat kita berpikir 100x untuk membelinya, duhilah _-...
Nah, alternatif lainnya, bagaimana jika kita mencoba MEMBUAT-nya? kita akan membahas tentang pembuatan teleskop refraktor.


Untuk bisa membuat sebuah teleskop refraktor, bisa dikatakan gampang–gampang susah karena tidak mudah bagi kita untuk mendapatkan lensa dengan kualitas yang baik dan bagus, serta focus yang panjang.
Tapi semua itu bukanlah masalah yang membuat kita mundur dan berhenti mencoba.
Untuk itu kita bisa menggunakan lensa LUP untuk membuat teleskop sederhana buatan sendiri. Tetapi alangkah baiknya lensa yang akan digunakan memiliki panjang focus maksimal 30cm.
Karena di Indonesia lensa dengan panjang fokus > 30 cm masih sangat sulit untuk didapatkan. Untuk lebih jelasnya berikut daftar nama bahan – bahan dan peralatan yang dibutuhkan :
1.       Lensa objektif LUP (kaca pembesar) / lensa cembung praktikum (biasa dijual di toko alat laboratorium)
2.      Pipa PVC dan perlup (sambungan pipa)
3.      Perkakas pendukung.
4.    Lensa okuler (bisa menggunakan lensa binokuler atau lensa mikroskop) / bisa juga dengan membeli lensa di toko alat laboratorium dengan diameter 2,5 cm.

Sebelum kita mulai membuat, kita sediakan dahulu bahan bahan serta alat yang akan digunakan seperti yang ada diatas.
Langkah Pembuatan :
1. Tentukan panjang badan teleskop dahulu. Dengan rumus fisika yang sudah kita ketahui yaitu : fob + fok = L
2. Potong pipa PVC yang panjangnya sudah diketahui.
3. Letakkan lensa objektif kedalam sambungan pipa, lalu sambungkan sambungan pipa yang sudah berisi lensa tadi diujung paling depan pipa PVC yang udah diukur.
Ingat: lensa objektif selalu terletak didepan lensa okuler.


4. Pasangkan perlup diujung paling belakang pipa.


5. Letakkan lensa okuler pada perlupnya.


Nah, bagaimana? gampang kan membuatnya?

Lensa okuler (eyepiece)
Dari semua bahan diatas, yang lumayan sulit dicari adalah lensa okuler (eyepiece).
Tetapi kita dapat mengambilnya dari lensa binocular, atau mikroskop. Tapi untuk lensa okuler bisa juga didapatkan di toko alat laboratorium dengan ukuran diameter 2,5 cm.
Kisaran total untuk harga lensa objektif dan okuler jika dibeli di toko alat laboratorium bisa mencapai ± Rp. 75.000,- s.d Rp. 100.00,-.

Modul pembuatan teleskop ini dibuat oleh Iqbal Malik dan Haikal Hakim. Keduanya aktif terlibat dalam Pembuatan Teleskop Amatir (Amateur Telescope Making) dan pembuatan roket air.
Arigatou Gozaimashita Minna ^-^